Selasa, 30 Maret 2010

Berburu Belalang

Belalang Dipercaya Banyak Mengandung Gizi

GUNUNGKIDUL – Belalang bagi sebagian besar masyarakat Gunungkidul merupakan makanan yang dipercaya mengandung gizi tinggi. Bahkan, bagi sebagian besar masyarakatnya belalang merupakan serangga yang sering banyak dicari untuk dikonsumsi.

Ada berbagai jenis belalang yang biasa dikonsumsi sebagaian besar masyarakat Gunungkidul, diantaranya belalang kayu yang banyak dijumpai pada tanaman jati, pohon turi, ketela pohon, belalang wos yang biasa dijumpai pada taaman padi, belalang daun (walang kecek) yang biasa dijumpai pada pohon nangka dan belalang dami yang biasa banyak dijumpai pada tanaman tebu.

Oleh sebagian masyarakatnya, berburu belalang bahkan dijadikan sebagai mata pencaharian. Supri (30) warga Pacarejo Semanu adalah orang yang menggantungkan hidupnya pada berburu belalang. Bermodal galah dari bambu lalu diberi lem tikus dalam setiap hariya dirinya bias mendapakan hasil bersih RP 25 – RP 30 ribu.

Kepada PEMBURU Supri menuturkan bahwa mereka bersama teman-temannya biasanya mulai mencari belalang dari pukul 06.00 – 12.00. setelah itu belalang disendeti/direnteng (ditusuk dengan menggunakan lidi dalam jumlah banyak).

“Jika musim panen seperti sekarang, kami bisa mendapatkan 200-300 ekor setiap harinya tapi jika masa sulit seperti pas musim tanam dapat 100 ekor saja itu sudah banyak.” Katanya.

Untuk hari-hari biasa, penjual biasa mematok harga harga Rp150 /ekornya, namun pada saat lebaran biasanya harga dipatok Rp 400-Rp500/ekornya.

“Untuk menentukan harga, biasanya kami melihat dari gampang tidaknya mendapatkan belalang dan juga banyak tidaknya pembeli. Biasanya pada saat lebaran, pembeli banyak berdatangan.” Tambah Supri.

Secara terpisah, Sudarsono(25)warga Pacarejo Semanu yang selama 3 tahun sudah mengantungkan mata pencariannya dari berburu belalang mengaku orang yang membeli belalang tidak hanya berasal dari dalam kota Gunungkidul sendiri, namun juga berasal dari luar Jawa seperti Papua, Sumatra bahkan ada yang dari Malaysia dan Singapura.

“Karena banyak orang yang penasaran untuk menikmati belalang, bahkan orang dari Malaysia dan Sinagapura pernah beli kesini.” Kata Sudarsono.

Meskipun harganya yang terbilang tinggi bahkan pada saat tertentu melebihi harga daging pada umumnya belalang ternyata masih tetap dicari orang. Hal tersebut dikarenakan belalang dipercaya mempunyai kandungan gizi yang tinggi. (gng)


Komposisi Gizi Belalang

Per 100g Bagian Yang Dapat Dimakan

Belalang

Enegi (kkal)

Air ( %)

Protein (%)

Lemak ( %)

Karbohidrat

Serat (%)

Mentah

Kering

170

420

62

7

26,8

62,2

3,8

10,4

5,5

15,8

2,4

-

Jumat, 26 Maret 2010

Istri Minggat, Pemuda Nekad Bunuh Diri


Terjun Bebas Dari Tebing Langsung Is Dead

GUNUNGKIDUL – Suyatno (40) warga Senggotan Ngoro-oro Patuk Sabtu (05/12/09) sekitar pukul 08.00 ditemukan tewas dalam keadaan tenggkurap di sawah tepat di bawah tebing di daerah dusun Soko Ngoro-oro Patuk. Diduga korban meninggal karena menjatuhkan diri dari tebing dengan ketinggian sekitar 10 meter.

Informasi yang dihimpun PEMBURU menyebutkan korban pertama kali ditemukan Paiman (60) dan Sastro (80) keduanya warga dusun Senggotan Ngoro-oro Patuk saat mereka sedang mencari rumput. Saat melintas keduanya melihat sesosok mayat pria tergeletak dalam keadaan tengkurap. Karena kaget bercampur takut, mereka berdua lalu berteriak-teriak meminta pertolongan warga sekitar. Selang tak terlalau lama puluhan warga berbondong-bondong mendatangi lokasi penemuan.

Salah seorang warga kemudian melaporkan penemuan mayat tersebut ke polsek Patuk. Mendapatkan laporan dari warga jajaran polsek Patuk dipimpin langsung Kapolsek Patuk, AKP Kaswadi langsung mendatangi TKP disusul petugas identifikasi, petugas dari unit SPK Polres Gunungkidul dan dokter jaga dari puskesmas setempat. Sesampainya di Lokasi penemuan, petugas identifikasi dibantu dokter dari puskesmas langsung melakukan visum.

Kepada Pemburu, AKP Kaswadi mengatakan bahwa korban ditemukan sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Dari hasil visum ditemukan luka pada dahi sebelah kiri serta tulang hidung patah. Tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan pada tubuh korban.

“Korban ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia dengan luka pada dahi sebelah kiri pecah, tulang hidung patah. Dari hasil identifikasi tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan pada tubuh korban.” Jelas Kaswadi.

Sementara itu, ketika ditemui PEMBURU warga sekitar mengatakan bahwa korban mengalami stres akibat ditinggal istrinya minggat. (gng)

Telaga Jonge

Keramat Telaga Jonge


Telaga Jonge adalah salah satu tempat yang dikeramatkan di daerah Semanu. Telaga ini tepatnya terletak di dusun Jonge Desa Pacareja Kecamatan Semanu kabupaten Gunungkidul. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, munculnya telaga jonge berawal dari perjalanan cerita Kyai Jonge, cikal bakal munculnya Telaga Jonge.

Menurut cerita, dulu Kyai Jonge di dampingi oleh enam orang sahabatnya menyusuri pantai selatan dengan menggunakan perahu yang disebut Jung, untuk menyelamatkan diri dari kejaran prajurit Demak. Dalam usaha menyelamatkan diri itu perahu mereka tenggelam dihantam oleh ombak pantai selatan yang terkenal ganas. Namun, Kyai Jonge dengan keenam sahabatnya selamat dan terdampar di kawasan sebelah tenggara Gunung Sewu. Kebetulan tidak jauh dari tempat mereka terdampar itu terdapat pohon joho pitu yang rindang, karena itu untuk sementara mereka beristirahat dibawah pohon tersebut untuk melepas lelah.

Dari penuturan masyarakat, tempat yang dahulu untuk berteduh Kyai Jonge dengan sahabatnya dinamakan Jepitu. Setelah melepas lelah akhirnya Kyai Jonge dan enam sahabatnya berpisah untuk melanjutkan perjalanannya yang belum tentu arah tujuannya. Kyai Jonge berjalan seorang diri dan akhirnya sampai di sebuah hutan di Desa Pacareja.

Masyarakat sekitar menerima kedatangan Kyai Jonge dengan senang hati karena selama menetap di Pacareja menunjukkan tingkah laku yang baik dan suka menolong kepada sesama. Kyai Jonge adalah orang yang sakti, beliau sering menolong tetangga yang membutuhkan pertolongan. Disamping itu beliau mempunyai keahlian dalam bidang pertanian, dengan demikian hidup masyarakat setempat menjadi makmur.

Lama kelamaan kesaktian dan kemampuan Kyai Jonge di dengar sampai di luar Desa Pacarejo, yang selanjutnya diantaranya datang untuk berguru. Namun semua itu tidak dikabulkan. Setelah beliau berusia lanjut akhirnya Kyai Jonge dipanggil Tuhan dengan cara mukswa. Bekas tempat tinggal Kyai Jonge berubah menjadi sebuah telaga besar penuh air yang dapat menghidupi masyarakat. Untuk mengingat jasa beliau, kawasan tadi kemudian dinamakan dukuh Jonge, dan telaga yang menjadi sumber penghidupan masyarakat sampai sekarang dikenal sebagai Telaga Jonge.

Setiap harinya Telaga Jonge sering dikunjungi oleh para pendatang dari luar daerah. Melimpahnya air telaga dengan dikelilingi oleh pepohonan besar membuat orang yang berkunjung merasa betah, karena udaranya yang sejuk. Dalam perkembangannya Telaga Jonge oleh masyarakat sekitar dikelola sebagai objek wisata.

Meskipun digunakan sebagai objek wisata, pengunjung harus memperhatikan pantangan-pantangan yang dipercaya oleh masyarakat sekitar guna menghormati Kyai Jonge.

Menurut Ridwan, salah seorang penjaga Telaga Jonge siapa saja yang berkunjung di Telaga Jonge dilarang mengucapkan kata-kata kotor. Selain itu, khusus untuk pengunjung yang berpasangan dilarang keras untuk melakukan hubungan yang dilarang agama,misalnya berciuman serta berbuat zina.

Pernah pengunjung datang ke Telaga Jonge. Mereka bermain air, tiba-tiba seperti ada yang menarik dari dalam telaga. Sebelumnya sudah diperingatkan oleh warga sekitar untuk bertindak sopan ketika di daerah Telaga. Karena tidak menghiraukan, pengunjung itu akhirnya tenggelam.

Anehnya ketika dicari, bahkan sampai ada yang menyelam ke dalam telaga, namun tidak juga diketemukan. Akhirnya dengan bantuan juru kunci serta sesepuh desa yang mendoakan, memintakan maaf kepada penunggu telaga, akhirnya secara tiba-tiba orang yang tenggelam muncul dari dasar telaga seperti ada yang mengangkat.

Menurut cerita penjaga telaga, orang yang kuat laku prihatin, kadang sering dijumpai Kyai Jonge. Bahkan bagi yang mempunyai kekuatan lebih bisa melihat jika di dasar telaga terdapat sebuah makam yang diyakini adalah makam Kyai Jonge.

”setiam malam jumat legi seringkali orang-orang melakukan tirakat disekitar telaga jonge. Bagi yang kuat prihatinnya, bisa melihat sosok Kyai Jonge, bahkan bisa melihat makamnya yang berada di dasar telaga.” Kata Ridwan.

Dalam setiap tahunnya, Telaga Jonge kerap digunakan untuk melakukan prosesi upacara adat. Masyarakat sekitar maupun masyarakat dari luar daerah biasa menyebut upacara adat tersebut dengan sebutan Upacara adat bersih Telaga Jonge. Upacara adat bersih telaga Jonge diselenggarakan saat menjelang awal musim penghujan, sekitar bulan Oktober, atau Jumadhilakir bulan Jawa. Penyelenggaraan upacara adat jatuh pada hari Jumat Legi dalam bulan tersebut. Masyarakat yang berada disekitar telaga secara bersama-sama bergotong-royong membersihkan telaga Jonge.

Upacara adat bersih Telaga Jonge mempunyai tujuan antara lain sebagai sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas melimpahnya air telaga Jonge yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat di sekitarnya. Selain itu untuk memuliakan dan menghormati Kyai Jonge yang dianggap sebagai cikal bakal dan membawa masyarakat pada hidup sejahtera.

Prosesi upacara pada malam Jumat legi menjelang dilaksanakan upacara Bersih Telaga Jonge, sudah banyak orang yang berdatangan di Telaga Jonge. Orang-orang yang datang kebanyakan berasal dari luar Desa Jonge dengan alasan-alasan tertentu.

Kebanyakan setiap orang yang datang mempunyai tujuan supaya permohonannya terkabul, saat pelaksanaan upacara mereka memberikan sesaji. Selesai memberikan sesaji mereka semedi mohon wisik atau ilham dari Tuhan melalui para leluhur atau cikal bakal yang pada waktu masih hidup dianggap memberikan kemakmuran, perlindungan dan ketentraman hidup.

Untuk meramaikan suasana pada malam menjelang pelaksanaan upacara diadakan pertunjukan kesenian. Dari penuturan masyarakat setempat malam tirakatan di sekitar Telaga Jonge dipadati para pengunjung. Kemudian pada hari Jumat Legi, kurang lebih jam 08.00 pagi, upacara diawali dengan penyembelihan kambing dan kepalanya dilemparkan ke tengah telaga. Sedang dagingnya dimasak sebagai pelengkap upacara.

Upacara Bersih Telaga Jonge biasa dilaksanakan pada Jumat sekitar pukul 13.00 siang. Prosesi Upacara ini mendapat perhatian dari semua warga dari sembilan pedusunan dan orang-orang lain yang datang dari luar daerah. Mereka masing-masing membawa kelengkapan upacara berupa sesaji nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauknya dan ditaruh dalam tenong. Sesaji ditempatkan berderet di lantai bale di tepi telaga untuk kepentingan upacara dan selamatan.

Sebelum acara selamatan dilaksanakan terlebih dahulu dipentaskan kesenian yang ada di daerah tersebut seperti reog, jathilan dan kesenian lain dan diakhiri hormat di depan petilasan kyai Jonge. Selesai kesenian lalu dibicakan riwayat Kyai Jonge oleh Mursono selaku juru kunci. Sebagai acara puncak adalah ikrar kenduri atau ujub kenduri dan diakhiri dengan doa secara singkat masyarakat mohon keselamatan dan di tahun mendatang Telaga Jonge tetap melimpah airnya supaya dapat menghidupi masyarakat.

Sesepuh desa atau kaum setelah selesai membacakan doa, seluruh peserta makan bersama dan dihidangkan pula gulai kambing yang telah dimasak sebelum pelaksanaan upacara. Makan bersama dalam satu ikatan keluarga Desa Jonge mempunyai kepercayaan bahwa mereka telah berbuat seperti apa yang dilakukan oleh para leluhurnya. Karena itu mereka akan mendapatkan berkah keselamatan dari Tuhan melalui Kyai Jonge seperti isi dari pesannya ”Sopo to sing biso nguri-nguri, sak dawane blarak sineret, opo sing disuwun, dijalok, bakal dikabulke.”

Masyarakat setempat masih percaya bahwa setiap orang yang akan mempunyai hajat, diwajibkan mengambil air sedikit dari Telaga Jonge sebagai ragi dalam memasak makanan. Apabila sampai lupa menurut kepercayaan makanan yang dimasak akan ngletis (tidak masak).

”Pernah, warga sini saat melakukan hajatan tidak mengambil air dari telaga. Akibatnya, nasi yang dimasak ngletis. Sejak itu setiap ada yang mau melaksanakan hajatan selalu mengambil air dari telaga, meskipun sedikit untuk sarat saja.” Jelas Supri, warga sekitar telaga.

Upacara Adat Bersih Telaga Jonge akan terus dilestarikan oleh masyarakat Pacarejo sebab upacara ini adalah warisan dari para leluhur sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.(gng)

Listrik BYARPET

Peralatan Elektronik Warga Kobong Mendadak Gara-Gara "Listrik BYARPET"

GUNUNGKIDUL - Diduga akibat tegangan listrik yang tidak stabil, peralatan elektronik milik warga Sumberejo Ngawu Playen terbakar secara mendadak Jumat (26/3) kemarin.
Akibat tidak stabilnya arus tegangan listrik tersebut tercatat sedikitnya 4 unit TV, 1 Unit Playstasion dan 1 Unit Komputer.
Ratminingsing (43) warga Sumberejo Ngawu Playen kepada PEMBURU mengungkapkan kejadian ini terjadi saat dirinya sedang menonton acara TV. Secara mendadak TV mati dan keluar asap. Saat dirinya menyalakan lampu secara tiba-tiba lampu menyala kadang terang kadang redup. Karena takut akan gterjadi kebakaran pada peralatan yang lain, Ratminingsih langsung mencabut kabel TV yang terhubung dengan stop kontak dan mematikan saklar meteran.
Selang tak terlalu lama, Giyono (63) dan Yanto (43) warga sekitar juga mengalami kejadian yang sama. Bahkan, Yanto mengungkapkan bahwa selain TV, satu unit Playstasion miliknya juga ikut terbakar.
“Kejadiannya terjadi saat saya mau menonton bola, tiba-tiba TV mati begitu saja dan mengeluarkan asap disusul I unit Playstation.“ ujar Yanto.
Kejadian serupa juga terjadi di dusun Playen I Playen, satu unit TV milik Sarjono (46) juga terbakar. Anehnya TV miliknya terbakar saat sedang dalam keadaan mati. Hanya saja kabel TV masih terhubung ke terminal.
Terkait banyaknya peralatan elektroniok milik warga yang terbakar, Manajer PT. PLN UPJ Wonosari, Yun Handoyono ketika ditemui PEMBURU mengatakan rusaknya bebeapa peralatan elektronik milik warga bukan disebabkan karena alasan teknis.
“Kerusakan tersebut bukan disebabkan kareana masalah teknis, kami telah melakukan pemeliharaan saluran jaringan secara rutin dan berkala. “ ujarnya.
Yun Handoyo menjelaskan faktor penyebab kerusakan tersebut berasal dari alam, salah satunya petir. Petir yang menyambar akan mencari saluran jaringan yang baik. Salah satunya Trafo. Dan dimungkinkan jika terjadi terus menerus berdampak pada kerusakan komponen-komponen dalam Trafo yang membuat tidak stabilnya jaringan listrik.
Menindak lanjuti kerusakan peralatan elektronok milik warga pihaknya mengaku siap membantu dengan menyiapkan tenaga teknis untuk melakukan perbaikan.(gng)

Kamis, 25 Maret 2010

Bocah Ditemukan Tewas

Bocah 3 tahun Dimakan Biawak


GUNUNGKIDUL – Bocah 3 tahun, Alex Kasandra warga dusun Widoro Kulon Bunder Patuk ditemukan dalam kondisi tak bernyawa dengan tubuh rusak bekas dimakan biawak, Kamis (11/2/10) siang. Anak dari pasangan Sudarmanto (34) dan Tuwarni (30)ditemukan warga dibantaran kali oyo setelah sebelumnya dilaporkan hilang hanyut di kali salak tidak jauh dari rumahnya.

Informasi PEMBURU menyebutkan sebelum ditemukan Rabu (10/2/10) sekitar pukul 15.00 Sudarmanto sedang membuat arang di samping rumahnya. Pada saat itu korban terlihat sedang bermain air. Melihat anaknya Sudarmanto menyuruh anaknya berhenti. Usai menasehati, Sudarmanto kembali melanjutkan membuat arang. Tanpa sepengetahuan Sudarmanto ternyata korban pindah bermain air di kali samping rumahnya.

Merasa bahwa anaknya tidak ada di rumah dan dicari-cari tidak juga diketemukan, Sudaryanto pun langsung menanyakan kepada para tetangganya apakah ada yang mengetahui anaknya. Salah seorang tetangangga mengatakan bahwa sempat melihat anaknya main air di kali. Seketika itu Sudarmanto dengan dibantu para tetangganya pun langsung melakukan pencarian. Karena tidak diketemukan Sudaryanto pun akhirnya melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Patuk.

Menindak lanjuti pelaporan tersebut petugas dari Mapolsek Patuk dipimpin langsung kapolsek, AKP Kaswadi dibantu petugas dari SAR Darat (vertical Rescue) Gunungkidul dan warga sekitar langsung membantu melakukan pencarian korban dengan menyisir kali oyo.

Setelah sehari dilakukan pencarian Kamis (11/2/10) sekitar pukul 13.00 korban akhirnya dapat ditemukan. Korban ditemukan tersangkut rerantingan pohon-pohon di bantaran kali Oyo.

Menurut Agus (24), Noto (27) dan Hariyanto (24) warga sekitar yang pertama kali menemukan mengatakan bahwa korban ditemukan setelah sebelumnya mereka melihat beberapa ekor biawak mengerubungi sesuatu. Melihat beberapa ekor biawak itu mereka langsung penasaran dan mendekat.

Seketika mereka langsung kaget, ternyata biawak-biawak itu mengerubungi korban. Saat ditemukan tubuh korban sudah rusak. Daerah mulut, pipi, leher dan pundak sebelah kiri penuh dengan luka bekas gigitan. Petugas identifikasi dari polres Gunungkidul dibantu dokter dari puskesmas setempat langsung memeriksa jasad korban.

Kapolsek Patuk,AKP Kaswadi ketika dimintai keterangan mengaku dari hasil identifikasi tidak ditemukan tanda-tanda penganiyaan pada tubuh korban.

“Diduga rusaknya tubuh korban karena dimakan biawak”. Jelas kapolsek. (gng)